Candi Bajangratu
Kerajaan Majapahit merupakan salah satu prestasi dan hasil dari peradaban besar yang dapat dibanggakan oleh masyarakat Indonesia. Majapahit kerap disebut sebagai Nusantara II oleh para pendiri bangsa Indonesia seperti Ir. Sukarno dan Mohammad Yamin. Mengapa? Karena berdasarkan catatan Kakawin Nagarakertagama karya Dang Acarya Nadendra atau Mpu Prapanca, kerajaan ini pernah menguasai sebagian besar wilayah Nusantara (Indonesia, Singapura, Malaysia, sebagian Filipina, dan wilayah Thailand bagian selatan).
SEJARAH PENDIRIAN KERAJAAN MAJAPAHIT
Sejarah berdirinya Kerajaan Majapahit tidak terlepas dari keruntuhan Kerajaan Singhasari atau Kerajaan Tumapel. Setelah Raja Kertanagara tewas dalam pemberontakan Adipati Jayakatwang pada tahun 1292, keluarga Raja Singhasari tersebut menjadi buron dan menjadi korban pembantaian Adipati Jayakatwang. Dalam peristiwa ini, menantu Raja Kertanegara yang bernama Nararya Sanggramawijaya atau yang kita kenal sebagai Raden Wijaya bersama beberapa istrinya (Sri Prameswari Tribhuwana dan Jayendradewi) berhasil lolos dari kejaran tentara Jayakatwang.
Salah seorang pengikut setia Raden Wijaya yang bernama Ranggalawe menyarankan agar Raden Wijaya ke Madura dan meminta bantuan kepada Arya Wiraradja. Akhirnya, mereka pun berlayar menuju Madura bersama pengikut setia Raden Wijaya (Lembu Sora, Ranggalawe, Mpu Nambi, Gajah Pagon) untuk mendapat perlindungan dari Bupati Arya Wiraradja. Pada akhirnya, atas saran dari Bupati Sumenep Arya Wiraradja, Raden Wijaya dan para pengikutnya dengan terpaksa menyatakan menyerah terhadap Jayakatwang, Jayakatwang pun memberikan Raden Wijaya tanah di Hutan Tarik, kemudian Raden Wijaya membangun desa di tanah tersebut dengan bantuan dari orang-orang Madura.
Pada tahun 1293, tentara Kerajaan Mongol tiba di Jawa. Mereka hendak membalas tindakan kasar Raja Kertanagara terhadap utusannya, tentara Mongol ini berniat meruntuhkan Singhasari. Melihat ada peluang yang bagus, Raden Wijaya langsung bersekutu dengan prajurit-prajurit Mongol tersebut. Gabungan kekuatan tentara Raden Wijaya dan tentara Mongol berhasil menghancurkan Kediri, Jayakatwang dan seluruh keluarganya tewas dalam peristiwa ini. Gayatri, Istri Raden Wijaya yang ditawan oleh Jayakatwang pun kembali kepada Raden Wijaya. Setelah kemenangan itu, Pasukan Raden Wijaya menyerang balik tentara Mongol dan berhasil mengusir mereka dari Jawa.
Pada tahun saka masa rupa rawi (masa rupa matahari) atau 10 November tahun 1293, Raden Wijaya resmi mengubah status Desa Majapahit yang dikelolanya menjadi Kerajaan Majapahit yang merdeka dan berdaulat, terbebas dari kekangan negara manapun. Saat memerintah Kerajaan Majapahit, Raden Wijaya diberi nama abhiseka atau gelar sebagai Nararya Sanggramawijaya Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardhana (Prasasti Kudadu, 1294). Pada masa pemerintahannya, Raja Kertarajasa Jayawardhana menjadikan Negeri Sunda sebagai negara merdeka karena Raja Sunda adalah kakek dari Sang Raja Majapahit tersebut. Lokasi Kerajaan Majapahit diperkirakan terletak di Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia.
IBUKOTA KERAJAAN MAJAPAHIT
1. Majakerta atau Mojokerto (1293 hinga 1309)
Kotaraja atau ibukota Majapahit yang pertama adalah Majakerta. Dikutip dari Kumpulan Sejarah Desa Kabupaten Mojokerto (2020) suntingan Evi Sudyar Raja Kertarajasa Jayawardhana menjadikan kota Majakerta sebagai ibukota negara karena kota ini strategis untuk kegiatan ekonomi, pangkalan militer laut, dan dekat dengan pelabuhan besar di masa itu yang bernama Pelabuhan Canggu. Majakerta terletak di dekat Sungai Brantas.
2. Trowulan (1309 hingga 1478)
Kerajaan Majapahit pindah ibukota pada masa pemerintahan Raja Jayanegara pada tahun 1309. Trowulan menjadi ibukota Majapahit dalam kurun waktu yang lama, yaitu sejak tahun 1309 hingga 1478. Karena faktor tersebut, di Trowulan inilah banyak situs-situs peninggalan peradaban Majapahit. Raja Majapahit yang memerintah pada saat ibukota berada di Trowulan adalah Raja Sri Jayanegara, Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi, Raja Sri Rajasanagara, Raja Wikramawardhana, Ratu Sri Suhita, Raja Kertawijaya, Raja Rajasawardhana, Raja Girishawardhana, Raja Suraphrabawa, dan Raja Kertabhumi (Bhre Kertabhumi).
3. Daha/Kediri (1478 hingga 1527)
Majapahit beribukota di Kediri pada tahun 1478 atau di era kekuasaan Girindrawardhana. Saat beribukota di Kediri, pengaruh kekuasaan Majapahit di Pulau Jawa telah melemah karena di kawasan pesisir pantai utara Jawa Tengah telah muncul Kesultanan Demak dengan pengaruh Islam yang kuat. Pada tahun 1511, Daha mendapat serangan Pati Unus dari Kerajaan Demak, penyerangan Pati Unus memberikan efek berupa hancurnya ekonomi Majapahit. Selanjutnya, Kesultanan Demak melancarkan serangan ke Daha pada tahun 1527 dibawah pimpinan Sultan Trenggana dan serangan ini berhasil menghancurkan Majapahit.
RAJA-RAJA MAJAPAHIT
1. Nararya Sanggramawijaya/Raden Wijaya/Kertarajasa Jayawardhana (1293-1309)
2. Kalagamet/Sri Jayanagara (1309-1328)
3. Sri Gitarja/Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328-1350)
4. Hayam Wuruk/Sri Rajasanagara (1350-1389)
5. Wikramawardhana (1389-1429)
6. Suhita /Dyah Ayu Kencana Wungu (1429-1447)
7. Kertawijaya (1447-1451)
8. Rajasawardhana (1451-1453)
9. Purwawisesa /Girishawardhana (1456-1466)
10. Bhre Pandansalas/Suraprabhawa (1466-1468)
11. Bhre Kertabumi (1468 -1478)
12. Girindrawardhana Dyah Ranawijaya (1478-1489)
13. Patih Udara (1489-1527)
KEHIDUPAN DAN PERADABAN ZAMAN MAJAPAHIT
1. Bidang agama
Raja dan ratu Majapahit umumnya menganut agama Hindu Syiwa serta sinkretisme Hindu-Buddha (mayoritas raja), ada pula yang menganut Hindu Waisnawa atau Wisnu (Raja Jayanegara), Buddha (Ratu Gayatri). Namun ada pula putra raja Majapahit yang menganut agama Islam contohnya adalah Raden Patah. Untuk masyarakat, mayoritas dari mereka adalah penganut agama Hindu Syiwa, Sinkretisme Hindu-Buddha, dan Buddha. Penganut Islam di era Majapahit belum cukup banyak.
2. Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, Majapahit mengandalkan perdagangan sumber daya alam seperti lada, garam, gading, hingga beras. Bidang ekonomi Majapahit lebih condong pada ekonomi agraris karena pemerintahannya terletak di pedalaman Jawa Timur dan mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai petani. Namun, Majapahit tetap dapat memanfaatkan sektor maritim dengan baik, para pelaku ekonomi Majapahit menggunakan aliran sungai dan laut sebagai jalur perdagangan mereka ke luar negeri. Berdasarkan Prasasti Biluluk 1 (ditemukan di Lamongan), rakyat Majapahit bekerja sebagai petani, petani garam, pedagang, pandai emas, pandai perak, dan pandai besi. Kemudian, Prasasti Karang Bogem (ditemukan di Gresik) juga memberikan tambahan informasi tentang pekerjaan masyarakat Majapahit, dalam prasasti ini tertulis bahwa masyarakat Majapahit bekerja sebagai nelayan, pembuat terasi, dan penyadap nira.
3. Sosial Budaya
Budaya yang ada di Majapahit adalah budaya Jawa, budaya akulturasi antara Hindu, Buddha, dan Jawa. Sistem kasta diberlakukan di era Majapahit karena negara ini menganut Hindu. Kasta di Majapahit terdiri dari Brahmana (kaum rohaniawan dan golongan terpelajar), Ksatria (Raja, keluarga raja, bangsawan, prajurit), Waisya (pelaku ekonomi, petani, nelayan), Sudra (budak).
4. Seni dan Sastra
Kesenian dan sastra yang ada di era Majapahit merupakan warisan serta pengembangan kesenian dan sastra dari Kerajaan Panjalu atau Kediri dan Singhasari atau Tumapel. Contoh kesenian di era Majapahit adalah wayang beber, serta reog. Kemudian, kakawin Nagarakertagama juga menyebutkan beberapa jenis kesenian lainnya, misalnya tari topeng, tari panjak, dan lagu kandamohi.
Karya sastra di era Majapahit juga cukup beragam. Di masa tersebut, tercipta Kakawin Nagarakertagama karya Mpu Prapanca yang mendeskripsikan Kerajaan Majapahit dengan cukup lengkap, Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular yang berisi kerukunan beragama di Majapahit, Kitab Arjunawijaya karya Mpu Tantular yang mengisahkan peperangan Arjuna Sasrabahu melawan raksasa. Selain berbentuk kakawin dan kitab, ada juga sastra Majapahit yang berwujud cerita rakyat, contohnya adalah Cerita Panji.
5. Militer
Militer Kerajaan Majapahit pada masa awal berdiri hingga abad ke-14 merupakan kekuatan militer yang kuat pada masanya. Terbukti dengan rekam jejak mereka yang gemilang dalam mempertahankan kedaulatan negara dan kekuasaan Raja yang sah. Tidak hanya itu, mereka bahkan mampu menginvasi berbagai daerah di Nusantara. Contoh kegemilangannya adalah mereka berhasil menumpas berbagai pemberontakan berbahaya seperti pemberontakan Ra Kuti (1319) yang berhasil menyingkirkan Raja Jayanegara dari istana, serta pemberontakan Keta dan Sadeng (1331).
Walau Majapahit terletak di pedalaman, namun angkatan perang mereka tetap tangguh di lautan. Bukti dari ketangguhan angkatan perang Majapahit di lautan adalah menaklukan berrbagai wilayah di Nusantara yang luas ini. Kekuatan angkatan perang Majapahit mulai pudar di masa Raja Wikramawardhana, karena di masa inilah Majapahit mengalami berbagai pemberontakan dan perang saudara. Kekuatan militer Majapahit hancur total di era pemerintahan Raja Girindrawardhana Dyah Ranawijaya.
Lanjut bagian ke-2..... 🗿👍
Siapa yang cita-citanya ingin berperang kemudian terkena bencana lapar dan diserang sama kerajaan tetangga? Tapi yang saya rekomendasikan si sebaiknya janganlah berperang karena hanya membawa kerugian, apalagi kalo perang urusan duniawi. #stopperang 💗
Komentar
Posting Komentar